Berhentilah menjadi Tuhan-tuhan kecil
Apasih Tuhan-Tuhan kecil??
Sebagian manusia dengan segala kelebihannya sadar atau tidak menjelma
menjadi Tuhan-Tuhan kecil. Mengatur seenak hati, segala omongannya
harus dituruti, dan antikritik. Mengklaim apa yang keluar dari mulutnya
adalah kebenaran dan harus diyakini,diperhatikan,diamalkan. Tanpa mereka
sadar bahwa manusia punya banyak kekurangan.
Orang-orang seperti ini selalu mengedepankan ego. Ingin selalu didengarkan, ingin selalu diperhatikan, ingin ditempatkan diposisi tertinggi. Tapi disaat bersamaan mereka menutup telinga dari pembicaraan orang luar, acuh terhadap sekitar dan menginjak-injak harga diri orang lain. Bicara masalah perasaan tapi menyakiti perasaan manusia lainnya. Ada semacam inkonsistensi disini. Mungkin mereka lupa bahwa bukan cuma mereka yang memiliki perasaan, orang lain juga.
Antikritik. Mungkin karena pandangan subyektifnya merasa benar maka segala tindak tanduknya dianggap juga benar. Ketika ada teguran dianggap angin lalu saja. Yang lebih parah adalah ketika ditegur malah marah-marah dengan telunjuk tegak mengacung kearah penegur lantas mulut berfatwa: kurang ajar, bajingan, jancuk, dan ajektif sejenis. Kalau tidak, menumpahkan kekesalan pada teman-temannya dengan versi cerita yang dibuat mirip drama sinetron.
Siapa Tuhan-Tuhan kecil itu? Barangkali diri kita sendiri. Setiap kita berpotensi menjadi Tuhan-Tuhan kecil. Karena terlalu seringnya kita melihat kebobrokan orang lain lantas kita lupa memperbaiki diri sendiri. Siapa tahu…??? Waullahualam
Orang-orang seperti ini selalu mengedepankan ego. Ingin selalu didengarkan, ingin selalu diperhatikan, ingin ditempatkan diposisi tertinggi. Tapi disaat bersamaan mereka menutup telinga dari pembicaraan orang luar, acuh terhadap sekitar dan menginjak-injak harga diri orang lain. Bicara masalah perasaan tapi menyakiti perasaan manusia lainnya. Ada semacam inkonsistensi disini. Mungkin mereka lupa bahwa bukan cuma mereka yang memiliki perasaan, orang lain juga.
Antikritik. Mungkin karena pandangan subyektifnya merasa benar maka segala tindak tanduknya dianggap juga benar. Ketika ada teguran dianggap angin lalu saja. Yang lebih parah adalah ketika ditegur malah marah-marah dengan telunjuk tegak mengacung kearah penegur lantas mulut berfatwa: kurang ajar, bajingan, jancuk, dan ajektif sejenis. Kalau tidak, menumpahkan kekesalan pada teman-temannya dengan versi cerita yang dibuat mirip drama sinetron.
Siapa Tuhan-Tuhan kecil itu? Barangkali diri kita sendiri. Setiap kita berpotensi menjadi Tuhan-Tuhan kecil. Karena terlalu seringnya kita melihat kebobrokan orang lain lantas kita lupa memperbaiki diri sendiri. Siapa tahu…??? Waullahualam
Hari ini dan
kemarin banyak berita dan komen yg berseliweran di medsos mengenai #aksidamai tanggal 4 nov 2016 dan menjadi Viral di media sosial. Aku sendiri tidak ingin membahas itu, aku menyayangkan manusia yang terlalu frontal dan tidak menyaring berita-berita yang beredar dan seakan-akan mengomporinya menjadi lebih lebar. Kita sebagai masyarakat harus selektif dan bijak memilih berita yg hendak di share ke grup agar
tidak menyinggung teman2 yg lain. Hati2 dlm berkomunikasi, penggunaan kata2
harus tepat sehingga tidak multi-penafsiran.
Indonesia sebagai negara terbesar masyarakat muslimnya tapi
yg berlandaskan Pancasila tentu akan terus ada upaya2 dr segala arah utk
mengubah dasar negara kt tsbt,karna apa?cuma Pancasilalah yg bisa menyatukan
berbagai suku,bahkan golongan dan agama yg ada di Indonesia,dan dr semua makna
yg terkandung yg paling mudah dipakai adalah
masalah agama dan sgt sensitif,karna agama punya pedoman sendiri yaitu kitab
suci,kalau di islam ya Al quran,kalau kamu baca sejarah bahkan dulu disatu
daerah yg islamnya sgt kuat dan sulit dilumpuhkan oleh penjajah,karna mereka
siap syahid demi tanah air dan agama akhirnya dilumpuhkan dgn memakai agama
islam itu sendiri,kompeni2 itu bahkan masuk menyamar sbgai muslim dan
mempelajari Al quran utk memecah belah,dan berhasil.Dan ketika melihat demo 4
nop saya melihat betapa Allah maha besar dan maha tinggi,karna satu org bicara
Al Quran dan salah bisa menggerakkan hati dan fikiran orang2 utk berjihad
bahkan rela mati syahid,tapi jgn lupa Ayat yg diperdebatkan ini sudah
dipotong,yg walau 1 kata tp bermakna luas,dan itu kenapa Allah memberikan azab
dan siksa yg pedih buat para pengfitnah bahkan sering dikatakan fitnah lebih
keji dr pembunuhan
gak takut dibilang islam
KTP?atau org munafik?
gini ya dlm negara kt punya presiden
dlm agama kt punya ulama yg bahkan sebagian ulama msh pro dan kontra,perbedaan
dlm islam itu biasa,ulama menafsirkan ayat dr dulu sampai sekarang jg ber beda2
tinggal kita mo ikut ulama yg mana? Seperti memilih pemimpin itu juga hak masing2, kalo tidak
satu jalan ya gak usah dipilih. Lihat sekelilingmu apakah Ayahmu ,suamimu
bahkan dirimu juga sudah sempurna
disebut pemimpin karna sesungguhnya Mereka itu yang akan dimintai pertanggung
jawaban. Pemimpin itu artinya juga luas tergantung siapa yang mengartikan.
Tak takut dibilang bela ahok?
ya ngak lah kan kita negara
hukum proses hukumnya sedang berjalan
semua saksi udah dipanggil,ahli bahasa,ahli agama bahkan pak ahok udah dimintai
keterangan kita tunggu aja hasilnya,itu namanya kita taat hukum, Jika bersalah
dan lolos hukum pun masih ada hukuman Tuhan peracayakan Pada Tuhanmu karna DIA
seadil-adilnya hakim.lalu apa yang sesungguhnya dituntut? Penegakkan
keadilan sesuai prosedur hukum, atau hukum rimba? Kita
cukup berdoa mendekatkan diri KepadaNya meminta yang terbaik agar masalah ini cepat
selsai
Milikilah hati yang luas
pemikiran yang baik agar semuanya berjalan juga dengan baik, jangan membenci
suatu golongan hingga membuat kita berlaku tidak adil.Dan Berhentilah menjadi Tuhan-tuhan kecil
-Just share-
dari berbagai sumber
Menarik sekali pesannya.. "Hati2 dlm berkomunikasi, penggunaan kata2 harus tepat sehingga tidak multi-penafsir", cocok utk diberikan pada yg sedang didemo..
BalasHapus