Mematahkan Hati Sendiri
Meski selalu ada kemungkinan, hati seringkali memaksakan diri untuk
bertahan pada sebuah jatuh yang membuat pemiliknya lupa bagaimana cara
tersenyum. Sampai saat ini, aku masih ingat beribu-ribu hari yang lalu,
patah hati mengubah semua warna menjadi gelap. Menjadi hitam. Legam.
Penuh rasa takut, bahkan hanya sekadar berbalas tatapan mata untuk
sepersekian detik.
Andai kata patah hati bukan pilihan yang harus dipilih, pada akhirnya
itu selalu terjadi tanpa pernah bisa dihindari. Kita harus pasrah
ditikam kejamnya kehilangan yang pada awalnya hanya anak-anak harapan
yang lugu. Kemudian kita menjahit luka satu per satu dengan air mata
sebagai jarumnya, dan ikhlas yang menjadi benangnya. Melukis senyum
palsu untuk semua orang di dunia ini di depan cermin sambil berusaha
keras agar kelopak mata tidak terjadi hujan badai yang membanjiri pipi.
Dan berusaha terlihat tegar dan ceria dengan sisa-sisa tabah dalam tubuh
yang ringkih hampir hancur.
Oleh sebab itulah, terkadang aku memilih untuk mematahkan hati sendiri
tanpa perlu menunggu dipatahkan. Kadang aku memutuskan untuk tidak
mengutarakan perasaan pada ia yang kucintai, dan merelakan senyum
bahagianya diciptakan orang lain. Kadang aku menikmati tawanya yang
membahana memunggungiku. Kadang aku membodohi rindu dengan berpura-pura
telah lupa nama ia yang selalu kusebut dalam doa. Kadang aku hanya
membiarkan jatuh cinta berlalu begitu saja sampai waktu mengantarkanku
pada kesempatan berikutnya.
Mematahkan hati sendiri adalah bunuh diri yang sempurna.
Barangkali, dengan begitu cinta akan lebih sederhana. Saat berhenti
sebelum memulai dan mematahkan hati sendiri menjadi jalan pintas yang
mencegahmu berjudi harapan dan menempuh jalan terjal penuh luka yang
ditimbulkan oleh harapan dan kekecewaan pada irama yang bersamaan. Tanpa
perlu kau membuang waktu untuk patah hati yang tak perlu di setiap
titik-titik kehidupan yang memang harus dilalui.
Meski aku tak dapat mengatakan mematahkan hati sendiri adalah
langkah yang benar. Aku hanya menanamkan keyakinan pada jalan ini,
semoga pada jatuh cinta berikutnya Tuhan memberi jatuh cinta yang baik,
yang mengangkat kesetiaan sebagai penghargaan tertinggi.
Aku percaya, patah hati adalah pemahaman yang tak dapat dibantah
bahwa cinta tak selalu berakhir indah, namun percayalah, setelah itu ada
kebahagiaan yang menunggu kausambut penuh suka cita.
Ini adalah detik-detik terakhir aku berhak mencintaimu, ya, tentu
saja. Sebelum akhirnya kita dipisahkan takdir yang tak pernah sudi
memihakku. Seharusnya aku tidak ceroboh untuk jatuh cinta
padamu. Maafkan aku jika selama ini aku tidak bisa melihatmu bahagia
dengan orang yang bukan aku.
Apakah kau tau, adakah hal yang lebih membelenggu dari cinta yang tidak pernah diutarakan?
sumber https://falenpratama.wordpress.com/
Sulit rasanya membuat hati yang telah patah menjadi utuh seperti sedia kala...
BalasHapusAlangkah baiknya jangan saling mematahkan ^_^ .. mksih sudah mampir
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBersyukur saya bisa menemukan blogger ini.
BalasHapussaya sedang kepusingan cari cara untuk mematahkan hati sendiri.
perasaan menggantung adalah perasaan yang benar-benar melelahkan.
saya hanya ingin hati ini bisa segera pulih. pulih dari rasa menggantung yang seakan tiada ujungnya.
rasanya sungguh melelahkan, dan mungkin juga sakit.